Santri Menulis, Ilmu Menyala

Menulis bukan hanya keterampilan berbahasa, melainkan wujud nyata dari implementasi gagasan dari pikiran dan tradisi keilmuan yang mengakar dalam dunia pesantren. Semangat inilah yang menjadi ruh Workshop Literasi Pesantren di Era Digital bertajuk “Santri Menulis” yang digelar di PPMI Shohwatul Is’ad bertepatan dengan peringatan Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2025.

Kegiatan tersebut menghadirkan sosok inspiratif KH. Dr. Masrur Makmur Latanro, S.S., M.Pd.I., Pendiri dan Pembina Yayasan Shohwatul Is’ad, yang dikenal luas sebagai pengusaha, pendidik, penulis, sekaligus pegiat literasi pesantren. Dalam pemaparannya, beliau menegaskan bahwa dunia digital tidak boleh menjauhkan santri dari tradisi menulis, tetapi justru menjadi ruang baru untuk memperluas dakwah intelektual Islam. Melalui tulisan, gagasan dan nilai-nilai keislaman dapat diabadikan lintas ruang dan waktu.

Workshop ini turut mempertemukan dunia pesantren dengan para pegiat literasi nasional. Hadir Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Pangkep beserta jajaran, serta Bachtiar Adnan Kusuma, S.Sos., M.M., penulis nasional dan penerima penghargaan Nugrah Jasadharma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional RI. Kolaborasi ini memperlihatkan bahwa pesantren kini menjadi bagian penting dari ekosistem literasi daerah dan nasional.

Dalam rangkaian acara, dipamerkan pula sejumlah karya tulis KH. Dr. Masrur Makmur Latanro yang merefleksikan pemikiran keislaman dan pendidikan. Terdapat 7 buku yang menghiasi stan literasi, menggugah semangat santri untuk menulis dan membaca lebih dalam. Sebagai bentuk apresiasi, beliau juga membagikan buku-buku karyanya kepada para santri yang aktif berdiskusi dan menunjukkan antusiasme selama workshop berlangsung.

Pada kesempatan yang sama, Dinas Perpustakaan Kabupaten Pangkep menyerahkan penghargaan khusus kepada KH. Dr. Masrur Makmur Latanro sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan kontribusinya dalam mengembangkan literasi pesantren di wilayah Pangkep. Penghargaan tersebut menjadi penegasan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan agama sekaligus ruang lahirnya gagasan dan karya intelektual yang berperan bagi kemajuan masyarakat.

Suasana intelektual semakin meriah dengan penampilan seni kreatif berupa lagu cinta untuk Shohwatul Isad dari Abdit Basit, S.E bersama group dan kolaborasinya bersama santriwati dalam pempilan musikalisasi puisi. Paduan antara seni dalam konsep literasi ini menciptakan atmosfer yang menyatukan rasa, estetika, dan nalar keilmuan dalam satu bingkai kebudayaan pesantren.