Prof. Dr. Yusring Sanusi Baso, S.S., M.App.Ling, selaku Ketua Yayasan PPMI Shohwatul Is’ad, menegaskan pentingnya etika dalam memberikan dukungan kepada pemimpin yang akan dipilih, dengan mengungkapkan, “Sepanjang pengetahuan saya, prinsip etika harus senantiasa dijaga dalam memberikan dukungan kepada calon pemimpin.”

1. Hindari MEMUJI BERLEBIHAN

Diriwayatkan dari sahabat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Ada seseorang yang memuji orang lain di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَيْلَكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ، قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ

“Celaka kamu, kamu telah memenggal leher sahabatmu, kamu telah memenggal leher sahabatmu.” 

Kalimat ini diucapkan oleh beliau berulang kali, kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَادِحًا أَخَاهُ لاَ مَحَالَةَ، فَلْيَقُلْ أَحْسِبُ فُلاَنًا، وَاللَّهُ حَسِيبُهُ، وَلاَ أُزَكِّي عَلَى اللَّهِ أَحَدًا أَحْسِبُهُ كَذَا وَكَذَا، إِنْ كَانَ يَعْلَمُ ذَلِكَ مِنْهُ

“Siapa saja di antara kalian yang tidak boleh tidak harus memuji saudaranya, hendaklah dia mengucapkan, “Aku mengira si fulan (itu demikian), dan Allah-lah yang lebih tahu secara pasti kenyataan sesungguhnya, dan aku tidak memberikan pujian ini secara pasti, aku mengira dia ini begini dan begitu keadaannya”, jika dia mengetahui dengan yakin tentang diri saudaranya itu (yang dipuji).” (HR. Bukhari no. 2662 dan Muslim no. 3000)

Diriwayatkan dari sahabat Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seseorang memuji orang lain secara berlebihan. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَهْلَكْتُمْ – أَوْ قَطَعْتُمْ – ظَهَرَ الرَّجُلِ

“Engkau membinasakan atau Engkau memotong punggung kawanmu itu.” (HR. Bukhari no. 2663 dan Muslim no. 3001)

2. Hindari (tepatnya DILARANG) MENCELA calon pemimpin yang tidak didukung

Dalam Al-Qur’an dikenalkan konsep NAJWA atau menjelekkan lawan yang tidak disukai. Tepatnya seseorang atau sekelompok mengumpulkan kejelekan lawan lalu disebarkan dengan tujuan menjatuhkan lawan. Ini berbeda dengan mencari tahu kekurangan calon pemimpin sebagai dasar atau alasan tidak memilihnya, tetapi tidak disebarkan ke publik. 

Saya kira, kita dapat mengukur dan membedakan antara batasan publik dan pribadi/kelompok.

3. Dilarang menyebarkan AIB Seseorang

Diajarkan dalam hadis bahwa barangsiapa yang menyembunyikan aib saudaranya, maka Allah SWT akan menutupi aibnya di akhirat. Pertanyaannya adalah bagaimana jika pemimpin punya aib? 

Dalam hadis diajarkan hendaklah seseorang atau mengutus wakil untuk memberitahukan hal yang dianggap aib tersebut kepada pemimpin secara langsung. Jika pemimpin tersebut menirumanya, maka itulah harapan kita. Jika pemimpin itu menolaknya atau mengindahkan saran dan nasihat kita, maka kita sudah lepas dari yangg tanggung jawab dunia akhirat.